Masa Penulisan dan Penghimpunan Al-Qur'an
![]() |
Image Source : pixabay |
Al-Qur’an yang kita kenal tidak turun langsung dengan berbentuk mushaf/buku. Tetapi, melalui bentuk firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, kemudian para sahabat menghafalnya serta banyak lika-liku perjalanannya hingga berbentuk mushaf seperti sekarang ini. Masa penulisan dan pengumpulan Al-Quru’an dapat kita bagi menjadi 3 masa dimana Al-Qur’an bisa berbentuk mushaf seperti sekarang.
Masa Nabi Muhammad SAW
Pada masa ini para penulis sedikit sehingga Al-Qur’an dimasa nabi lebih banyak dihafal, hafalan dan daya ingat para sahabat masih kuat sehingga lebih bisa diandalkan daripada tulisan. Karena itulah dimasa ini Al-Qur’an belum terkumpul dan belum berbentuk mushaf seperti sekarang.
Selain faktor para penulis yang masih sedikit, faktor sarana tulis menulispun masih sangatlah sedikit, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan pengumpulan mushaf. Namun ada beberapa sahabat yang menuliskan hafalannya dibeberapa media seperti pelepah kurma, lempengan kulit binatang, tulang belikat dan lempengan batu.
Masa Abu Bakar As-Sidiq
Setelah wafatnya Nabi banyak perang besar yang terjadi, termasuk diantaranya perang yamamah, dalam perang ini banyak para penghafal Al-Qur’an (qari’) yang gugur dalam pertempuran, salahsatu sahabat yang hafal Al-Qur’an serta gugur adalah Salim maula Abu Hudzaifah, dia merupakan seorang hafidz yang direkomendasikan oleh Rasullah SAW untuk diambil bacaanya.
Melihat fakta ini Umar bin Khatab R.A menyarankan kepada Khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan Al-Qur’an. Kitab Shahihul Bukhari Mengisahkan Umar bin Khatab menyarankan kepada Abu Bakar As-Sidiq untuk mengumpulkan Al-Qur’an setelah perang yamamah, namun Abu Bakar hanya diam, Umar bin Khattab terus mengulanginya sampai Allah SWT memberi kelapangan hati kepada Abu Bakar untuk melakukannya.
Selanjutnya Abu Bakar memanggil Zaid bin Tsabit lalu berkata “ Sesungguhnya kamu adalah pemuda yang cerdas dan kami tidak merangukanmu. Kamu juga penulis wahyu Rasullah SAW maka telitilah Al-Qur’an dan kumpulkanlah. “Zaid Berkata:”Akupun meneliti Al-Qur’an dan mengumpulaknnya dari pelepah, lempengan batu, dan hafalan para sahabat.” Proses pengumpulanpun dilaksankan oleh Zaid bin Tsabit, kemudian setelah selesai dikumpulkan lalu diserahkan kepada Khalifah Abu bakar As-Sidiq, dan disimpan oleh Abu Bakar sampai beliau wafat. Setelah wafat Khalifah Abu Bakar As-Sidiq, lembaran Al-Qur’an yang telah terkumpul tadi diserahkan kepada putri Umar bin Khatab yaitu Hafshah binti Umar.
Masa Utsman Bin Affan
Setelah melewati dua masa pemerintahan yaitu Abu Bakar As-Sidiq dan Umar bin Khattab, Al-Qur’an yang berhasil terkumpul dimasa Abu Bakar pun masih belum di publikasikan ke publik dan masih disimpan oleh Hafshah binti Umar. Pada pemerintahan Utsman bin Affan mulai banyak terjadi perbedaan dalam membaca Al-Qur’an hal ini karena adanya perbedaan pada lembaran-lembaran yang ada ditangan para sahabat dan dikhawatirkan akan menimbulkan fitnah. Setelah mendengar itu Utsman bin Affan lantas memerintahkan untuk mengumpulkan lembaran-lembaran itu untuk disatukan dalam satu mushaf, hal ini dilakukan supaya tidak ada perselisihan diantara ummat islam mengenai Al-Qur’an.
Dalam kitab Shahih Bukhari tepatnya Hadits No. 4604 – Kitab Keutamaan Al Qur`an, dikisahkan bahwa Hudzaifah bin Yaman datang kepada Utsman bin Affan setelah penaklukan Armenia dan Azerbaijan. Perselisihan para sahabat dalam Qira`ah mengejutkan Hudzaifah. Maka beliaupun berkata kepada khalifah Utsman Bin Affan “Rangkullah ummat ini sebelum mereka berselisih tentang Al-Qur`an sebagaimana perselisihan yang telah terjadi pada kaum Yahudi dan Nasrani.” Akhirnya, khalifah Utsman bin Affan mengirimkan sebuah surat kepada Hafshah binti Umar, “Tolong, kirimkanlah lembaran Al-Quran, agar kami dapat segera menyalinnya ke dalam beberapa mushaf, setelah itu akan segera mengembalikannya kepadamu”. Setelah diterimanya mushaf itu, lalu Utsman bin Affan membentuk tim dan memerintahkan menyalin Al-Qur’an kedalam beberapa mushaf. Tim yang dibentuk khalifah Utsman bin Affan terdiri dari 4 orang diantaranya Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin Al Ash dan Abdurrahman bin Al Harits bin Hisyam
Zaid Bin Tsabit merupaka sahabat dari kalangan anshar sedangkan 3 orang lainnya merupakan suku Quraisy. Utsman bin affan berkata kepada mereka “Jika kalian berselisih dengan Zaid bin Tsabit terkait dengan Al-Qur`an, maka tulislah dengan bahasa Quraisy, sebab Al-Qur`an turun dengan bahasa mereka.” Lalu tim penyalin ini mengerjakan tugasnya.
Mushaf yang Dipakai Umat Muslim Sekarang
Ketika proses penyalinan ada satu ayat yang hilang dari surat Al-Ahzab, dalam Shahih Bukhari diceritakan bahwa Ibnu Syihab berkata; Kharijah bin Zaid telah mengabarkan kepadaku bahwa ia mendengar Zaid bin Tsabit berkata, “Kami kehilangan satu ayat dari surat Al-Ahzab saat kami menyalinnya, yang sungguh aku telah mendengarnya langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saat beliau membacanya. Lalu kami pun mencarinya, dan ternyata kami menemukannya pada Khuzaimah bin Tsabit Al Anshari. Yakni ayat “Minal Mukrimiina Rijaalun Shadaqu Maa ‘Aahaadu Allaaha ‘Alaihi“, Maka kami pun menggabungkannya di dalam mushaf.
Setelah selesai proses penyalinan, maka mushaf Al-Qur’an yang baru dikirimkan ke seluruh penjuru negeri. Kemudian Utsman bin Affan memerintahkan untuk membakar semua mushaf lama yang masih dipegang oleh masyarakat.
Begitulah sejarah singkat penulisan dan pengumpulan Al-Qur’an yang dilakukan oleh para pemimpin terdahulu demi menjaga Al-Qur’an. Semenjak itu, seluruh kaum Muslimin bersatu di atas satu mushaf Utsmani. Mushaf Al-Qur’an yang sekarang disebut dengan mushaf Utsmani akan tetap terpelihara di atas pemeliharaan Allah SWT sampai hari kiamat.
Artikel ini telah dimuat di tanwir.id dengan judul Sejarah Penulisan Mushaf dan Penghimpunan Al-Qur’an
Post a Comment for "Masa Penulisan dan Penghimpunan Al-Qur'an"
please use good language, if there is an active link in the comment will be deleted.